.alert { background: #01DF01; text-align: left; padding: 5px 5px 5px 5px; border-top: 1px dotted #223344;border-bottom: 1px dotted #223344;border-left: 1px dotted #223344;border-right: 1px dotted #223344;}

music

musik
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info
Read more: http://impoint.blogspot.com/2013/02/menambahkan-memasang-widget-musik-mp3-di-blog.html#ixzz2USMhKFj5 Dilarang copy paste artikel tanpa menggunakan sumber link - DMCA Protected Follow us: @ravdania on Twitter | pemakan.worell on Facebook

Minggu, 26 Mei 2013

MATERI SOSIOLOGI KLS X SMTR 2


BAB 1
SOSIALISASI 

1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi (kamus bahasa indonesia): proses belajar seseorang.
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.

2. Pengertian Sosialisai menurut para ahli
Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

Tujuan Sosialisasi
  • Memberikan keterampilan dan pengetahuan
  • Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, membaca, menulis dan bercerita.
  • Mengendalikan fungsi organik dengan mawas diri.
  • Menanamkan nilai dan kepercayaan yang ada di masyarakat. 
Bentuk-bentuk sosialisasi
1.Sosialisasi Primer : pertama kali dijalani/semasa kecil.
2.Sosialisasi Sekunder : tahap lanjutan.
Salah satu bentuknya ialah Resosialisasi pemberian kepribadian seseorang/prosses pemasyarakatan total, (Misalnya : penjara, RSJ dan Pendidikan Militer.

Tahap-tahap Sosialisasi
  1. Persiapan Tahap awal (sejak manusia lahir)
  2. Tahap meniru Tahab bermain (Significant other)
  3. Tahap siap bertindak : Tahap yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. 
-Kemampuan bermain secara beregu
-Patner interaksinya semakin banyak
-Hubungan makin kompleks
-Mulai mengenal peraturan
-Siap menjadi partisipan aktif dalam masyarakat.
     4.  Tahap penerimaan norma kolektif:
-Manusia dewasa
-Menyadari pentingnya peraturan
-Kemampuan bekerja sama menjadi mantap
-Menjadi masyarakat dalam arti sepenuhnya.
 Faktor yang mempengaruhi sosialisasi
- Faktor Intrinsik : Dari dalam/bawaan biologis (IQ, bakat, postur tubuh dan golongan darah)
- Faktor Ekstrinsik : Dari luar  lingkungan sosial (Pendidikan, pekerjaan, masyarakat dan pergaulan)

Media Sosialisasi
1. Keluarga
Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
            Peran orang tua dalam keluarga
-Menanamkan kedisiplinan dan ketertiban, sehingga terbentuk pola perilaku, watak dan  kepribadian anak.-Memberikan pengawasan dan pengendalian kepada anak dengan wajar.-Mendorong dan mengajarkan kebaikan.-Memberikan tauladan baik, yang sesuai dengan nilai dan norma. 
2. Kelompok bermain
     Teman tetangga, saudara dan kerabat. Dan ada juga yang memasukkan anaknya kepada playgroup.
     Kelompok bermain (bahasa Inggris: playgroup) merupakan satuan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia di bawah lima tahun.

Kelompok remaja yang mengembangkan kepribadian yang positif:
•Mengembangkan keterampilan berorganisasi dan kepemimpinan
•Rasa kesetiakawanan sosial
•Rasa solidaritas kelompok
•Semangat patriotisme
•Rasa aman dan percaya diri
•Merangsang kemandirian
•Wahana penyuluhan emosi dan bakat
•Mematangkan kedewasaan.
3. Sekolah
     Tempat anak didik belajar tentang nilai dan norma, yang bersifat formal maupun non formal.
     Sekolah dirancang untuk pengajaran siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Fungsi lembaga pendidikan formal:
-Merupakan modal dalam menentukan pekerjaan dan pencaharian
-Sebgai wahana pengembangan potensi dan pemenuhan pribadi serta pengembangan masyarakat
-Sebagai wahana pelestarian budaya
-Sebagai wahana pematangan kepribadian
4. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja pengalaman yang di dapat akan mengkristal dan akan membentuk kepribadiannya.
5. Media massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media/media massa.
•Media cetak
•Media elektronik.




BAB 2

KEPRIBADIAN

Pengertian Kepribadian
Pribadi (Dalam kamus ilmiah) : Orang perseorangan, kedirian, individu, perseorangan dan perorangan.
Manusia : (makhluk yang unik dalam tingkah lakunya) Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara mahluk material dan mahluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.

Istilah kepribadian/personality berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.

Pengertian Keprebadian oleh Para Tokoh:
  • Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
  • Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu secara khas.
  • Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
  • Allport mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak secara umum.
Jadi “Kepribadian” adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpundalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam.

Komponen Pokok Kepribadian
1.    Cipta : jiwa manusia bersifat abstrak dan merupakan pusat intelegensi.
2.    Rasa : jiwa manusia merupakan indra perasa, yang berfungsi sebagai pengukur dan pengendali perilaku.
3.    Karsa : jiwa manusia yang merupakan pusat dari kehendak dan nafsu.
  • Kehendak adalah keinginan manusia atas dasar pemikiran dan tingkat kemajuan budaya.
  • Nafsu adalah kehendak yang bersifat kodrati dan alamiah.

Faktor yang mempengaruhi kepribadian:
Faktor Keturunan (hereditas) Warisan Biologis
Persamaan biologis yang menjelaskan persamaan dalam kepribadian dan perilaku dari keturunan
Faktor Lingkungan Alam (Natural environmental)
1.    Fisik : Daerah pedesaan (ramah, tenang dan cenderung sederhana
2.    Sosial : (komunitas agama, keluarga, pendidikan, media massa dan masyarakat luas)
       Faktor kelompok (Group)
       Faktor kebudayaan khusus : ciri khas
       Misal : guru, polisi, dokter, dll
Faktor pengalaman unik.

Tahap Perkembangan
Fase Pertama (1-2 Tahun) : Adanya ketergantungan
Fase Kedua
     Tipikal perilaku yang khas, perangai, kegemaran, bakat dan tingkat kecerdasan yang dimiliki.
Fase Ketiga
     Relatif stabil yang ditandai :
     -    Berumur  25 - 28 tahun
     -    Kedewasan.
     -    Terbentuknya perilaku-perilaku yang khas.

Tipe kepribadian
Kepribadian Normatif (normative man)
     Adanya imput pendidikan dan norma dal`m dirinya, (Peribadi yang ideal dan sensitif terhadap bentuk penyimpangan)
Kepribadian Pembatasan (marginal man)
     Bercampurnya dua etnis (Pribadi yang labil, dengan adanya corak kepribadian yang lebih dari satu)
Kepribadian Otoriter (otoriter man)
     Adanya pemanfaatan orang lain atas kepentingan dirinya sendiri.

Hubungan antara kepribadian, sosialisasi dan kebudayaan
Kepribadian merupakan abstraksi dalam berhubungan dengan orang dan lingkungannya
Pola perilaku merupakan perwujudan dari sistem nilai dan norma
Keterkaitan antara kehidupan yang terus menerus, melalui budaya, sosialisasi. Dan terbentuk sebuah kepribadian.

Pengaruh kebudayaan dalam pembentukan kepribadian
Masyarakat Pedesaan
-    Gotong royong (solidaritas sosial yang tinggi, rela berkorban dan peka terhadap masalah dan memiliki sifat kebersamaan)
-    Kehidupan masih tradisional (polos dan jujur, pola aktifitas yang religius dan taat terhadap norma)
-    Kurang menghargai waktu (tidak tepat waktu dan bekerja lambat, namun sabar)
Masyarakat Perkotaan
-    Harkat martabat ditunjukkan atas dasar prestasi kerja (menghargai waktu dan bekerja untuk masa depan, tetapi egois dan kurangnya menghargai kerja sama)
-    Strata sosial (umunya membedakan harta benda semata)       egoistik dan materialistic
-    Kompetensi sangat kuat (solidaritas terbatas, individual dan melanggar norma)

Tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi kebudayaan
- Faktor kebudayaan
- Cara hidup manusia
- Kelas sosial
- Agama dan
- Berdasarkan profesi


soal-soal


 bab 1

1.       Apa yang dimaksud dengan sosialisasi ?
2.       Sebutkan bentuk-bentuk sosialissasi !
3.       Sebutkan media untuk bersosialisasi !
4.       Sebutkan faktor-faktor sosialisasi !
5.       Sebutkan tujuan sosialisasi !

bab 2

1.       Apa yang dimaksud dengan kepribadian ?
2.       Sebutkan komponen_komponen kepribadian !
3.       Sebutkan tahap-tahap kepribadian !
4.       Sebutkan tipe-tipe kepribadian !
5.       Sebutkan pengaruh kebudayaan dalam kepribadian !

Minggu, 07 Oktober 2012

KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT


KONFLIK DALAM MASYARAKAT
Pengertian
Kata konflik berasal dari bahasa latin yaitu confiragere yang artinya saling memukul. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai konflik, diantaranya sebagai berikut.
1.      Menurut Berstein (1965)
Konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik mempunnyai potensi yang memberi pengaruh positif dan ada pula yang memberi pengaruh negatif di dalam interaksi manusia.
2.      Menurut Dr. Robert M.Z Lawang
Konflik itu adalah perjungan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
3.      Menurut Drs. Ariyono Suyono
Konflik adalah proses atau keadaan dimana kedua pihak berusaha menggagalkan tercapaianya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya perbedaan kedua pendapat, nilai-nilai ataupun tuntuntan dari masing-masing pihak.
4.      Menurut James W. Vander Zanden
Konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
5.      Menurut Soerjono Soekanto
Konflik adalah suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Proses sosial yang terjadi di sini, mulai dari usaha mempertajam perbedaan diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menyangkut ciri-ciri fisik, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, gagasan, pendapat, serta kepentingan sehingga menimbulkan pertikaian/pertentangan mengalah pihak lawan dengan cara ancaman atau kekerasan.
Perbedaan-perbedaan tersebut akan memuncak menjadi konflik, ketika sistem sosial masyarakat sudah tidak dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan tersebut. Pada tahap selanjutnya akan mendorong tiap–tiap individu atau kelompok untuk saling menghancurkan.
Konflik dapat berwujud macam-macam, dimulai dari sifat acuh tak acuh terhadap sesama teman sampai dengan penghancuran musuh. Hal tersebut pada umumnya dilatarbelakangi oleh perasaan benci dan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Setelah kita membahas tentang pengertian konflik sosial, cobalah anda simpulkan tentang pengertian konflik sosial! Jika anda mampu melakukannya, maka anda dipastikan sudah mengerti tentang hakikat konflik sosial. Untuk selanjutnya marilah kita bahas tentang faktor-faktor penyebab konflik sosial.

Faktor-faktor Penyebab Konflik
Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Oleh sebab itu, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial.
1.      Faktor-faktor Penyebab Konflik secara Umum
a.       Perbedaan antar Individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang. Misalnya, dalam sebuah ruangan kantor ada karyawan yang terbiasa bekerja sambil mendengar musik dengan suara yang keras, tetapi karyawan lain lebih menyukai bekerja dengan suasana yang tenang sehingga kebisingan merupakan sesuatu yang menggangggu konsentrasi dalam belajar. Perbedaan perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai awal timbulnya konflik.

b.      Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tetntu sama dengan apa yang baik oleh masyarakat lain. Misalnya seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh kedua belah pihak sehingga dapat menimbulkan konflik.
c.       Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau pun kelompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu tergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi, sehingga dengan terpaksa harus melakukan rasionalisasi terhadap karyawannya, dan hal ini membuat para karyawan merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
d.      Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat menggangu keseimbangan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut. Misalnya masyarakat Indonesia sedang mengalami proses perubahan dari masyarakat pedesaan yang agraris menuju masyarakat industri. Industrialisasi yang terjadi di lingkungan masyarakat desa seringkali menuai masalah sosial. Tergusurnya lahan pertanian menyebabkan sebagian generasi mudanya memilih bekerja sebagai buruh pabrik. Nilai-nilai tradisional seperti nilai kegotong-royongan, berubah menjadi nilai kontrak kerja, dan nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualistis. Hal-hal tersebut sering kali menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Secara umum, suatu konflik dapat terjadi terjadi apabila seseorang atau kelompok terhalang upayanya dalam mencapai tujuan. Hal ini karena adanya perbedaan paham terhadap tujuan itu sendiri, terhadap nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial, maupun terhadap tindakan-tinadakan dalam masyarakat. Terlebih lagi apabila sanksi bagi pelanggar atas nilai dan norma tidak dijalankan dengan adil maka konflik dapat berubah menjadi kekerasan.
2.      Faktor Penyebab-penyebab Konflik di Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia yang mejemuk rawan terhadap terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi ke dalam berbagai suku bangsa, agama, ataupun golongan yang beragam.
Menurut J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a.       Apabila terdapat dominasi suatu kelompok terhadap-kelompok lain. Contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua.
b.      Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharaian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh konflik yang terjadi di Sambas.
c.       Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang ada di Sampit.
d.      Apabila terdapat potensi konflik yang terpendam,  seperti masyarakat yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik antar suku  di pedalaman Papua.
Oleh sebab itu, terdapat berbagai bentuk konflik dalam kehidupan masyarakat.

Pengelompokan Bentuk-bentuk Konflik
Secara garis besar berbagi konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini:
1.      Berdasarkan Sifatnya
a.       Konflik destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentokran-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda. Contohnya konflik Ambon, Poso, Kupang dan Sambas.
b.      Konflik konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari perbedaan pendapat tersebut menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya, perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.
2.      Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
a.       Konflik Vertikal merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.
b.      Konflik Horizontal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konfllik yang terjadi antar organisasi masa.
c.       Konflik Dialog merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan byang ekstrim. Contohnya Konflik Aceh.
3.      Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
a.       Konflik Terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contoh Konflik Palestina Israel.
b.      Konflik Tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
4.      Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas manusia di dalam Masyarakat
a.       Konflik Sosial merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial ini dapat dibedakan menjadi konflik sosial vertikal dan konflik sosial horizontal. Konflik ini sering terjadi karena adanya provokasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
b.      Konflik Politik merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan. Contohnya konflik yang terjadi antara pengikut suatu partai politik.
c.       Konflik Ekonomi merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yanng berkonflik. Contoh konflik antar pengusaha ketika melakukan tender.
d.      Konflik Budaya merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik. Contoh adanya perbedaan pendapat antar kelompok dalam menafsirkan RUU antipornografi dan pornoaksi.
e.       Konflik Ideologi merupakan konflik adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh konflik yang terjadi pada saat G 30 S/PKI.
5.      Berdasarkan Cara Pengelolaannya
a.       Konflik Interindividu merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan (perasaan/batin) yang paling tinggi (konflik dengan dirinya sendiri).
b.      Konflik antar individu merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang subtantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan atau bersifat emosional, menyangkut perbedaan selera dll.
c.       Konflik antar kelompok merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam kenyataan hidup dalam kelompok-kelompok. Contoh konflik antar kampung.
6.      Berdasarkan Terbentuknya
a.       Konflik Realistis yaitu konflik yang bersal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan tuntutan-tuntutan yang terhadap dalam hubungan sosial. Misalnya mahasiswa mendemo pemerintah atas kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak.
b.      Konflik Nonrealistis yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan. Misalnya untuk meredakan ketegangan maka dicarilah seseorang untuk dijadikan kambing hitam atau semua permasalahan yang terjadi.

KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT


KONFLIK DALAM MASYARAKAT
Pengertian
Kata konflik berasal dari bahasa latin yaitu confiragere yang artinya saling memukul. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai konflik, diantaranya sebagai berikut.
1.      Menurut Berstein (1965)
Konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik mempunnyai potensi yang memberi pengaruh positif dan ada pula yang memberi pengaruh negatif di dalam interaksi manusia.
2.      Menurut Dr. Robert M.Z Lawang
Konflik itu adalah perjungan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
3.      Menurut Drs. Ariyono Suyono
Konflik adalah proses atau keadaan dimana kedua pihak berusaha menggagalkan tercapaianya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya perbedaan kedua pendapat, nilai-nilai ataupun tuntuntan dari masing-masing pihak.
4.      Menurut James W. Vander Zanden
Konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, kekuasaan, status atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan bertujuan untuk menetralkan, merugikan ataupun menyisihkan lawan mereka.
5.      Menurut Soerjono Soekanto
Konflik adalah suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Proses sosial yang terjadi di sini, mulai dari usaha mempertajam perbedaan diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menyangkut ciri-ciri fisik, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, gagasan, pendapat, serta kepentingan sehingga menimbulkan pertikaian/pertentangan mengalah pihak lawan dengan cara ancaman atau kekerasan.
Perbedaan-perbedaan tersebut akan memuncak menjadi konflik, ketika sistem sosial masyarakat sudah tidak dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan tersebut. Pada tahap selanjutnya akan mendorong tiap–tiap individu atau kelompok untuk saling menghancurkan.
Konflik dapat berwujud macam-macam, dimulai dari sifat acuh tak acuh terhadap sesama teman sampai dengan penghancuran musuh. Hal tersebut pada umumnya dilatarbelakangi oleh perasaan benci dan emosi yang tidak dapat dikendalikan. Setelah kita membahas tentang pengertian konflik sosial, cobalah anda simpulkan tentang pengertian konflik sosial! Jika anda mampu melakukannya, maka anda dipastikan sudah mengerti tentang hakikat konflik sosial. Untuk selanjutnya marilah kita bahas tentang faktor-faktor penyebab konflik sosial.

Faktor-faktor Penyebab Konflik
Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial manusia untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Oleh sebab itu, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan sosial diantara individu yang terlibat dalam suatu interaksi sosial.
1.      Faktor-faktor Penyebab Konflik secara Umum
a.       Perbedaan antar Individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang. Misalnya, dalam sebuah ruangan kantor ada karyawan yang terbiasa bekerja sambil mendengar musik dengan suara yang keras, tetapi karyawan lain lebih menyukai bekerja dengan suasana yang tenang sehingga kebisingan merupakan sesuatu yang menggangggu konsentrasi dalam belajar. Perbedaan perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai awal timbulnya konflik.

b.      Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tetntu sama dengan apa yang baik oleh masyarakat lain. Misalnya seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh kedua belah pihak sehingga dapat menimbulkan konflik.
c.       Perbedaan Kepentingan
Setiap individu atau pun kelompok seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu tergantung dari kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Misalnya seseorang pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi, sehingga dengan terpaksa harus melakukan rasionalisasi terhadap karyawannya, dan hal ini membuat para karyawan merasa hak-haknya diabaikan sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
d.      Perubahan Sosial
Perubahan sosial dalam sebuah masyarakat yang terjadi terlalu cepat dapat menggangu keseimbangan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu atau masyarakat dengan kenyataan sosial yang timbul akibat perubahan tersebut. Misalnya masyarakat Indonesia sedang mengalami proses perubahan dari masyarakat pedesaan yang agraris menuju masyarakat industri. Industrialisasi yang terjadi di lingkungan masyarakat desa seringkali menuai masalah sosial. Tergusurnya lahan pertanian menyebabkan sebagian generasi mudanya memilih bekerja sebagai buruh pabrik. Nilai-nilai tradisional seperti nilai kegotong-royongan, berubah menjadi nilai kontrak kerja, dan nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualistis. Hal-hal tersebut sering kali menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Secara umum, suatu konflik dapat terjadi terjadi apabila seseorang atau kelompok terhalang upayanya dalam mencapai tujuan. Hal ini karena adanya perbedaan paham terhadap tujuan itu sendiri, terhadap nilai-nilai sosial dan norma-norma sosial, maupun terhadap tindakan-tinadakan dalam masyarakat. Terlebih lagi apabila sanksi bagi pelanggar atas nilai dan norma tidak dijalankan dengan adil maka konflik dapat berubah menjadi kekerasan.
2.      Faktor Penyebab-penyebab Konflik di Indonesia
Dalam masyarakat Indonesia yang mejemuk rawan terhadap terjadinya suatu konflik sosial, karena secara garis besar struktur sosial masyarakat Indonesia terbagi ke dalam berbagai suku bangsa, agama, ataupun golongan yang beragam.
Menurut J. Ranjabar hal-hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a.       Apabila terdapat dominasi suatu kelompok terhadap-kelompok lain. Contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua.
b.      Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharaian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh konflik yang terjadi di Sambas.
c.       Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang ada di Sampit.
d.      Apabila terdapat potensi konflik yang terpendam,  seperti masyarakat yang telah bermusuhan secara adat. Contohnya konflik antar suku  di pedalaman Papua.
Oleh sebab itu, terdapat berbagai bentuk konflik dalam kehidupan masyarakat.

Pengelompokan Bentuk-bentuk Konflik
Secara garis besar berbagi konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini:
1.      Berdasarkan Sifatnya
a.       Konflik destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentokran-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda. Contohnya konflik Ambon, Poso, Kupang dan Sambas.
b.      Konflik konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari perbedaan pendapat tersebut menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya, perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.
2.      Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
a.       Konflik Vertikal merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.
b.      Konflik Horizontal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konfllik yang terjadi antar organisasi masa.
c.       Konflik Dialog merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya keseluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan byang ekstrim. Contohnya Konflik Aceh.
3.      Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
a.       Konflik Terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contoh Konflik Palestina Israel.
b.      Konflik Tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
4.      Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas manusia di dalam Masyarakat
a.       Konflik Sosial merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial ini dapat dibedakan menjadi konflik sosial vertikal dan konflik sosial horizontal. Konflik ini sering terjadi karena adanya provokasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
b.      Konflik Politik merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan. Contohnya konflik yang terjadi antara pengikut suatu partai politik.
c.       Konflik Ekonomi merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yanng berkonflik. Contoh konflik antar pengusaha ketika melakukan tender.
d.      Konflik Budaya merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik. Contoh adanya perbedaan pendapat antar kelompok dalam menafsirkan RUU antipornografi dan pornoaksi.
e.       Konflik Ideologi merupakan konflik adanya perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh konflik yang terjadi pada saat G 30 S/PKI.
5.      Berdasarkan Cara Pengelolaannya
a.       Konflik Interindividu merupakan tipe yang paling erat kaitannya dengan emosi individu hingga tingkat keresahan (perasaan/batin) yang paling tinggi (konflik dengan dirinya sendiri).
b.      Konflik antar individu merupakan konflik yang terjadi antara seseorang dengan satu orang atau lebih, sifatnya kadang-kadang subtantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan atau bersifat emosional, menyangkut perbedaan selera dll.
c.       Konflik antar kelompok merupakan konflik yang banyak dijumpai dalam kenyataan hidup dalam kelompok-kelompok. Contoh konflik antar kampung.
6.      Berdasarkan Terbentuknya
a.       Konflik Realistis yaitu konflik yang bersal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem dan tuntutan-tuntutan yang terhadap dalam hubungan sosial. Misalnya mahasiswa mendemo pemerintah atas kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak.
b.      Konflik Nonrealistis yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan. Misalnya untuk meredakan ketegangan maka dicarilah seseorang untuk dijadikan kambing hitam atau semua permasalahan yang terjadi.

Selasa, 25 September 2012

Interaksi simbolik

Interaksionisme Simbolis Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Dalam perspektif ini dikenal nama sosiolog George Herbert Mead (1863–1931), Charles Horton Cooley (1846–1929), yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sosiolog interaksionisme simbolik kontemporer lainnya adalah Herbert Blumer (1962) dan Erving Goffman (1959). Seperti yang dikatakan Francis Abraham dalam Modern Sociological Theory (1982), bahwa interaksionisme simbolik pada hakikatnya merupakan sebuah perspektif yang bersifat sosial- psikologis yang terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis. Teori ini akan berurusan dengan struktur- struktur sosial, bentuk-bentuk kongkret dari perilaku individual atau sifat-sifat batin yang bersifat dugaan, interaksionisme simbolik memfokuskan diri pada hakekat interaksi, pada pola-pola dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi sendiri dianggap sebagai unit analisis: sementara sikap-sikap diletakkan menjadi latar belakang. Baik manusia dan struktur sosial dikonseptualisasikan secara lebih kompleks, lebih tak terduga, dan aktif jika dibandingkan dengan perspektif-perspektif sosiologis yang konvensional.Di sisi ini masyarakat tersusun dari individu-individu yang berinteraksi yang tidak hanya bereaksi, namun juga menangkap, menginterpretasi, bertindak, dan mencipta. Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang aktor yang dinamis dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai terbentuk sepenuhnya. Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu mempengaruhi dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi. Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat simbolik, di mana makna-makna dibentuk oleh akal budi manusia. Makna-makna itu kita bagi bersama yang lain, definisi kita mengenai dunia sosial dan persepsi kita mengenai, dan respon kita terhadap, realitas muncul dalam proses interaksi. Herbert Blumer, sebagaimana dikutip oleh Abraham (1982) salah satu arsitek utama dari interaksionisme simbolik menyatakan: Istilah ‘interaksi simbolik’ tentu saja menunjuk pada sifat khusus dan khas dari interaksi yang berlangsung antar manusia. Kekhususan itu terutama dalam fakta bahwa manusia menginterpretasikan atau ‘mendefinsikan’tindakan satu sama lain dan tidak semata-mata bereaksi atas tindakan satu sama lain. Jadi, interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi, atau oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini ekuivalen dengan pelibatan proses interpretasi antara stimulus dan respon dalam kasus perilaku manusia.Pendekatan interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif ketimbang pendekatan-pendekatan teoritis lainnya. Pendekatan interaksionisme simbolik berkembang dari sebuah perhatian ke arah dengan bahasa; namun Mead mengembangkan hal itu dalam arah yang berbeda dan cukup unik. Pendekatan interaksionisme simbolik menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual. Semua interaksi antarindividu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita pada interaksi antarindividu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu. Gagasan Teori Interaksionisme SimbolikIstilah paham interaksi menjadi sebuah label untuk sebuah pendekatan yang relatif khusus pada ilmu dari kehidupan kelompok manusia dan tingkah laku manusia. Banyak ilmuwan yang telah menggunakan pendekatan tersebut dan memberikan kontribusi intelektualnya, di antaranya George Herbert Mead, John Dewey, W.I Thomas, Robert E.Park, William James, Charles Horton Cooley, Florian Znaniceki, James Mark Baldwin, Robert Redfield dan Louis Wirth. Teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the self) dan dunia luarnya. Di sini Cooley menyebutnya sebagai looking glass self. Dengan mengetahui interaksionisme simbolik sebagai teori maka kita akan bisa memahami fenomena sosial lebih luas melalui pencermatan individu. Ada tiga premis utama dalam teori interaksionisme simbolis ini, yakni manusia bertindak berdasarkan makna-makna; makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain; makna tersebut berkembang dan disempurnakan saat interaksi tersebut berlangsung.Menurut KJ Veeger yang mengutip pendapat Herbert Blumer, teori interaksionisme simbolik memiliki beberapa gagasan. Di antaranya adalah mengenai Konsep Diri. Di sini dikatakan bahwa manusia bukanlah satu-satunya yang bergerak di bawah pengaruh perangsang entah dari luar atau dalam melainkan dari organisme yang sadar akan dirinya (an organism having self). Kemudian gagasan Konsep Perbuatan dimana perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan dirinya sendiri. Dan perbuatan ini sama sekali berlainan dengan perbuatan-perbuatan lain yang bukan makhluk manusia. Kemudian Konsep Obyek di mana manusia diniscayakan hidup di tengah-tengah obyek yang ada,yakni manusia-manusia lainnya. Selanjutnya Konsep Interaksi Sosial di mana di sini proses pengambilan peran sangatlah penting. Yang terakhir adalah Konsep Joint Action di mana di sini aksi kolektif yang lahir atas perbuatan-perbuatan masing-masing individu yang disesuaikan satu sama lain.Menurut Soeprapto (2001), hanya sedikit ahli yang menilai bahwa ada yang salah dalam dasar pemikiran yang pertama. “Arti” (mean) dianggap sudah semestinya begitu, sehingga tersisih dan dianggap tidak penting. “Arti” dianggap sebagai sebuah interaksi netral antara faktor-faktor yang bertanggungjawab pada tingkah laku manusia, sedangkan ‘tingkah laku’ adalah hasil dari beberapa faktor. Kita bisa melihatnya dalam ilmu psikologi sosial saat ini. Posisi teori interaksionisme simbolis adalah sebaliknya, bahwa arti yang dimiliki benda-benda untuk manusia adalah berpusat dalam kebenaran manusia itu sendiri. Dari sini kita bisa membedakan teori interaksionisme simbolis dengan teori-teori lainnya, yakni secara jelas melihat arti dasar pemikiran kedua yang mengacu pada sumber dari arti tersebut.Teori interaksionisme simbolis memandang bahwa “arti” muncul dari proses interaksi sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda untuk seseorang tumbuh dari cara-cara di mana orang lain bersikap terhadap orang tersebut. Sehingga interaksi simbolis memandang “arti”sebagai produk sosial; Sebagai kreasi-kreasi yang terbentuk melalui aktifitas yang terdefinisi dari individu saat mereka berinteraksi. Pandangan ini meletakkan teori interaksionisme simbolis pada posisi yang sangat jelas, dengan implikasi yang cukup dalam. Tokoh-tokoh Teori Interaksionisme Simbolik. Mengikuti penjelasan Abraham (1982), Charles Horton Cooley adalah tokoh yang amat penting dalam teori ini. Pemikiran sosial Cooley terdiri atas dua asumsi yang mendalam dan abadi mengenai hakikat dari kehidupan sosial, yaitu bahwa kehidupan sosial secara fundamental merupakan sebuah evolusi organik, dan bahwa masyarakat itu secara ideal bersifat demokratis, moral, dan progresif. Konsep evolusi organik-nya Cooley berbeda secara hakiki dari konsepnya Spencer dan para ilmuwan sosial abad kesembilanbelas. Sementara para pemikir yang lebih awal memusatkan diri pada aspek-aspek kolektif yang berskala-besar dari pembangunan, dari perjuangankelas, dari lembaga sosial dan sebagainya, di sini Cooley berusaha mendapatkan sebuah pemehaman yang lebih mendalam mengenai individu namun bukan sebagai entitas yang terpisah dari masyarakat, namun sebagai sebuah bagian psiko-sosial dan historis dari bahan-bahan penyusun masyarakat.“Kehidupan kita adalah satu satu kehidupan manusia secara keseluruhan,” kata Cooley, “dan jika kita ingin memiliki pengetahuan yang riil atas diri individu, maka kita harus memandang individu secara demikian. Jika kita melihatnya secara terpisah, maka proses pengetahuan kita atas diri individu akan gagal.” Jadi, evolusi organik adalah interplay yang kreatif baik individu maupun masyarakat sebagai dua wujud dari satu fenomena yang sama, yang saling menegaskan dan beriringan meski tetap masih bisa dibedakan. ”Masyarakat adalah sebuah proses saling berjalinnya dan saling bekerjanya diri-diri yang bersifat mental (mental selves). Saya membayangkan apa yang Anda pikirkan, terutama mengenai apa yang Anda pikirkan tentang apa yang saya pikirkan, terutama mengenai apa yang saya pikirkan tentang apa yang Anda pikirkan.” Jadi, menurut Cooley, tugas fundamental dari sosiologi ialah untuk memahami sifat organis dari masyarakat sebagaimana dia berlangsung melalui persepsi-persepsi individual dari orang lain dan dari diri mereka sendiri. Jika sosiologi hendak memahami masyarakat, dia harus mengkonsentrasikan perhatiannya pada aktivitas-aktivitas mental dari individu-individu yang menyusun masyarakat tersebut. “Imajinasi yang saling dimiliki oleh orang-orang merupakan fakta-fakta yang solid dari masyarakat… Masyarakat adalah sebuah relasi di antara ide-ide yang bersifat personal.”Dalam konsep The Looking-Glass Self (Diri Yang Seperti Cermin Pantul), menurut Cooley, institusi-institusi sosial yang utama ialah bahasa, keluarga, industri, pendidikan,agama, dan hukum. Sementara institusi-institusi tersebut membentuk ‘fakta-fakta dari masyarakat’ yang bisa dipelajari oleh studi sosiologis, mereka juga merupakan produk-produk yang ditentukan dan dibangun oleh pikiran publik. Menurut Cooley, institusi-institusi tersebut merupakan hasil dari organisasi dan kristalisasi dari pikiran yang membentuk bentuk-bentuk adat-adat kebiasaan, simbol-simbol, kepercayaan-kepercayaan, dan sentimen-sentimen perasaan yang tahan lama. Oleh karena itu, institusi-institusi tersebut merupakan kreasi-kreasi mental dari individu-individu dan dipelihara melalui kebiasaan-kebiasaan manusiawi dari pikiran yang hampir selalu dilakukan secara tidak sadar karena sifat kedekatannya dengan diri kita (familiarity). Seperti yang ditegaskan oleh Cooley, ketika institusi-institusi masyarakat dipahami terutama sebagai kreasi-kreasi mental, maka individu bukanlah semata-mata ‘efek’ dari struktur sosial, namun juga merupakan seorang kreator dan pemelihara struktur sosial tersebut. Intinya, Cooley mengkonsentrasikan kemampuan-kemampuan analitiknya terhadap perkembangan dari diktum fundamentalnya, yaitu “Imajinasi-imajinasi yang saling dimiliki oleh orang-orang merupakan fakta-fakta yang solid dari masyarakat.” Dalam bukunya yang pertama, Human Nature and the Social Order, dia terfokus pada teori mengenai diri-yang-bersifat-sosial (social-self), yakni makna “Aku”sebagaimana yang teramati dalam pikiran dan perbincangan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Riyadi Soeprapto.2001. Interaksionisme Simbolik Perspektif Sosiologi Modern. Yogyakarta: Averroes Press dan Pustaka Pelajar. Horton, Paul B dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Jakarta: Penerbit Erlangga. KJ Veeger. 1985. Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu – Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: Gramedia. Hlm 224 – 226. Ryadi Soeprapto,. 2000. Interaksionisme Simbolik,Perspektiof Sosiologi Modern. Malang: Averroes Press dan Pustaka Pelajar.

Rabu, 19 September 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanggro Aceh Darusalam merupakan propinsi yang terletak di barat Indonesia, atau terkenal dengan sebutan serambi mekah yang merupakan berpenduduk mayoritas muslim. NAD merupakan daerah yang menyandang predikat khusus yaitu “daerah istimewa”. Kurang lebih 30tahun aceh dilanda konflik antara Indonesia dengan masyarakat aceh (GAM) yang menginginkan lepas dari Negara kesatuan ripublik Indonesia. Bertahun-tahun masyarakat aceh dicekam ketakutan atas aksi yang dilakukan oleh para GAM. Sekian lama aceh dilanda konflik dan pada detik-detik penyelesaian konflik antara GAM dan pemerintah RI atas kesepakatan helsingki di swedia. Mungkin masyarakat aceh sudah mulai bosan dengan konflik yang tak kunjung selesai mulai dilkukannya darurat militer sampai darurat sipil juga belum selesai. Namun masyarakat aceh mendapat musibah yaitu gempa yang diikuti dengan gelombang pasang air laut (tsunami) lengkap sudah penderitaan masyarakat aceh diujung tahun 2005 lalu mungkin dengan adanya bencana alam yang terjadi di aceh membuat masyrakat aceh atau GAM terbuka mata hatinya untuk berdamai dan mengakhiri konflik. Namun dengan berbagai macam cobaan untuk masyarakat aceh ada beberapa yang membut masyarakat aceh dapat lagi tersenyum dan gembira yaitu kesepakatan damai antara GAM dan RI dan itu dibuktikan dengan penandatanganan antara pihak GAM dengan pemerintah RI. Dan sebelum itu NAD sudah diberi otonomi khusus oleh pemerintah RI. Dan juga pemerintahan NAD. diberi kebebasan untuk membetuk partai lokal dalam pemelihan kepala daerah semua warga aceh berhak dipilih dan memilih baik yang dari patai lokal maupun parati nasional. Hal itu dibuktikannya dengan pilkada NAD dibulan desember lalu yang berjalan lancar dan pilkada didominasi oleh calon dari partai lokal, dan partai lokal bayak didominasi oleh mantan GAM. Dengan dilaksanakannya pilkada yang berjalan lancar hal ini merupakan pertama kali dalam sejarah masyarakat NAD merasakan kebebasan dalam memilih pemimpin daerah yang sesuai dengan pilihan rakyat. Namun pilkada di Aceh merupakan diantara harapan dan kekecewaan karena sebagian warga tak tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT). Walaupun pilkada di Aceh masyarakatnya banyak yang tidak tahu atau tidak kenal dengn calon pemimpin daerah, mereka tetap atusias memilih karena kebebasan yang dirasakan sekarang ini merupakan anugrah dari yang maha kuasa, dan kebebasan itu mulai dirasakan sejak penandatangana kesepahaman Helsinki dan puncaknya pada pilkada saat ini. BAB II ISI A. Pilkada NAD ( melibatkan partai lokal dan partai nasional) Pilkada di aceh merupakan puncak kebebasan yang dirasakan oleh masyarakat aceh sejak ditandatangani kesepahaman Helsinki yang dilakukan oleh GAM dan pemerintah RI. Dan kini rakyat aceh akhirnya dapat memilih pemimpin dalam suasana demokratis dan damai, senin 11/12 2006. serentak 8.471 tempat pemungutan suara TPS di 21 kabupaten/kota di provinsi nanggroe aceh darusalam dibuka pagi bagi rakyar untuk memilih gubernur dan 19 bupati/wali kota.(kompas selasa, 12 desember 2006). Pilkada di Aceh diikuti oleh beberapa parpol seperti parpol Golkar dan PAN dan juga calon dari jalur independen, seperti pasangan calon Irwndi yusuf dari jalur independen mendominasi perolehan suara dan mengalahkan pasangan dari partai nasional. Seperti di lhok seumawe calon kepala daerah yang didukung aktivis GAM juga memenangi perolehan suara di basisnya. Di enam TPS didesa Pusong lama, kota lhok seumawe, pasangan calon kepala daerah yang berasal dari GAM mendominasi perolehan suara, Irwandi berkibar diantara calon gubernur lainnya dengan meraih 805 suara dari toatal 1.835. suara. Kompas 12.12 06. Dengan kelancaran pilkada di Aceh membuat semua elemen masyarakat Aceh merasa bersyukur, namun dari hasil pilkada diaceh tuju calon bupati menolak hasil pilkada karena menemukan banyak kejanggalan ”pilkada cacat hukum kata seorang calon bupati.pemimpin rapat Syukur Kobat (calon bupati No 6) menyebut contoh adanya keterlibatan pengawai negri sipil dalam pilkada serta kertas suara yang sudah dicoblos sebelum diberikan kepemilih, syukur meminta kepada pemerintah daerah dan KIP Aceh tengah melaksanakan pilkada ulang. Dan dalam pemungutan suara ada kelemahan saksi tak seemua calon mengirimkan saksi ketempat pemunutan suara. Disejumlah TPS di Banda Aceh tak semua calon mengirimkan saksi, seperti di TPS 1 Alue Naga kecamatan Syah kuala Banda Aceh hanya terlihat saksi hanya dari calon gubernur Malik Raden dan Azwar Abu Bakar, saksi yang dikirim juga tidak dibekali dengan pengetahuan soal aturan pencoblosan. Masalah utama yang dihadapi oleh calon umumnya besarnya anggaran yang harus dikeluarkan, seperti calon gubernur Tamlicha Ali mengaku menyediakan 5.347 saksi untuk memantau proses di 8.47TPS seluruh Aceh, wilayah yang tak terisi umumnya diperkotaan dengan alasa pemilih cukup kritis sehingga prosesnya relatif transparan.. Tamlicha menyediakan angaran Rp65.000 tiap saksi sehingga untuk ribuan saksi diperlukan biaya besar. Pelaksanaan di NAD takhanya menarik warga asing, KPUD sejumlah provinsi pun melirik Aceh sebagai ajang study banding. Pilkada di Aceh juga melibatkakan LSM asing seperti dari Uni Eropa dan juga AMM yang merupakan LSM yang bercokol di Aceh sejak nota kesepahaman di tandatangani, dengan keterlibatan warga asing di pilkada Aceh sebenarnya membuat pemerintah RI tidak disegani oleh negara lain dengan kesuksesannya pilkada di Aceh atau merendahkan martabat pemerintah RI dimata Internasional. Karena Aceh merupakan bagian wilayah NKRI mengapa tidak di urusi sendiri kok melibatkan negara lain. Dengan keberadaan partai lokal ada beberapa elit politik yang mengkawatirkan keutuhan NKRI seperti yang dikatakan oleh anggota DPRRI seperti yang dikatakan dalam koran tempo yang didapat dari situs Internet” Menurut Progo, sehubungan dengan penandatanganan perjanjian damai itu akan berkaitan dengan banyak hal selain pelaksanaan pilkada yang diusulkan pemerintah daerah Provinsi Aceh pada 25 Oktober. Pelaksanaan Undang-undang Otonomi Khusus bagi NAD yang di antaranya menetapkan Qanun yang menjadi landasan hukum pelaksanaan pemilihan kepala daerah disana. Menurut Harry, kekhawatiran pembentukan partai lokal di Aceh tidak akan memicu pemisahan provinsi itu. "Itu berlebihan," katanya dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Komite Independen Pengawas Pemilu (KIPP) di Jakarta, Jumat (12/8). Kekhawatiran itu juga diakui oleh Anggota DPR dari Fraksi Kebangkitan Bangsa Masduki Badlawi, berkembang dalam pembicaraan antar fraksi Dewan. Menurutnya, berkembang kekhawatiran bahwa keberadaan partai lokal di Aceh akan menjadi batu loncatan bagi GAM untuk menuntut merdeka. Kendati demikian, PKBa bersikap untuk keberadaan partai lokal berguna untuk mempercepat perdamaian di provinsi itu. "Kami dengan prinsip kehati-hatian, partai lokal adalah solusi bagi Aceh,"katanya. (jumat Tempo 12 2005) B. Partai Politik. Pilkada yang dilakukan diNAD terdapat beberapa partai dan ada yang mencalonkan lewat jalur independen yaitu partai lokal. Seperti dinegara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan menganai partisipasi rakyat mempunyai dasar idiologis bahwa rakyat berhak turut menetukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya menetukan kebijaksanaan umum (public policy). Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orentasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Menurut R.H. Sultau: ”partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan yang – dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih – bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka”(budiarjo 1986:161) Adapun fungsi partai politik.(Budiman 1986:163-164) 1. Partai politik sebagai sarana komunikasi politik Salah satu tugas parpol adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dna aspirasi rakyat dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpang siuran dalam masyarakat berkurang. 2. Partai sebagai sarana sosialsasi politik Dalam ilmu politik sosialisai politik diartikan proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orentasi terhadap fenomena politik, dan umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. 3. Parpol sebagai sarana recruitment politik. Parpol juga berfungsi untuk mengjkak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. 4. Parpol sebagai sarana pengatur konflik. Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan merupakan hal yang wajar. Jika terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya. C. Analisis. Dalam makalah diatas untuk menganalisisnya saya memakai teorinya Gaetano Mosca tentang kekuasaan. Gaetano mosca dilahirkan di Palermo, Sisilia 1858. Kaya Mosca – Teorica dan Elementi Teorica mempunya 3 bagian 1. Sebuah kritik terhadap pembagian jenis-jenis negara oleh aristoteles (tirani, aristrokasi, dan demokrasi) pernyataan bahwa semua sistem politik merupakan produk kekuasaan elit. 2. Sebuah survei sejarah terhadap negara-negara masa lalu guna membuktikan tensis ini. 3. Penerapan teori ini terhadap kondisi demokrasi parlementer, sebuah pembahasan yang berakhir dengan analisi terhadap masalah sosial. Aspirasi dasarnya cukup jelas bahwa aspirasi demokrasi mengenai sebuah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat merupakan sebuah ilusi karena kekuasaan dilakukan oleh kaum minoritas atas mayoritas Mosca Beragumentasi bahwa. “Siapapun yang pernah membantu sebuah pemilihan mengetahui benar bahwa para pemilih tidak memilih sang wakil, tapi biasanya sang wakil itu yang membuat dirinya dipilih oleh para pemilih” Sistem pemilihan menguntungkan faktor utama yang menghasilkan kekuasaan oleh keunggulan minoritas yang terorganisasi atas sebuah masa individu yang terisolasi. Dalam pilkada di Aceh ada beberapa calon dari patai nsional dan partai lokal dan partai lokal mencalonkan yang berasal dari mantan Gam dan mereka mendominasi suara di beberapa daerah, hal ini adalah tidak lepas dari peran masyarakat yang memilih sang wakil untuk menjadi pemimpin daerah baik gubernur maupun bupati/wali kota. Karena pilkkada di Aceh sudah dilakukan secara demokrasi oleh karena itu calon pemimpin kepala daerah di pilih langsung oleh rakyat dan untuk rakyat, masyarakat tidak mempermasalahkan berasal darimana calon tersebut, yang mereka harapkan dari pemimpin kepala daerah hanya sebuah kesejahteraan bagi seluruh rakyat Aceh. Teori Konflik (Ralp Dahrendotf) Dalam analisis ini mengunakan teori konflik yang di miliki oleh Ralp Dahrendorf konsep teori ini adalah wewenang dan posisi keduanya merupakan fakta sosial. Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa kecuali menjadi factor yang menentukan konflik sosial secara sistematis.kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Oleh karena kekuasaan selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai maka dalam masyarakat selalu terdapat gelombang yang saling bertentangan Ralp Dahrendorf membedakan gelombang yang terliabat konflik itu atas dua tipe kelompok semu dan kelompok kepentingan, kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kepentingan, sedangkan kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan mempunyai struktur, organisasi, progam, tujuan serta tujuan yang jelas.kelompok kepentingan yang menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. Aspek akhir teori konflik dahrendof adalah mata rantai antar konflik dan perubahan sosial. Konflik menurutnya memimpin kearah perubahan dan pembangunan dalam situasi konflik golongan yang terlibat melakukan tindakan-tindakan untuk mengadakan perubahan dalam struktur sosial. Kalau konflik itu terjadi secara hebat maka perubahan yang timbul akan bersifat radikal.begitu pula kalau konflik itu disertai dengan pengunaan kekerasan maka perubahan structural akan efektif. Berghe mengemukakan empat fungsi dari konflik: 1. Sebagai alat untuk memelihara solidaritas. 2. Membantu menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain. 3. Mengaktifkan peranan individu yang semula terisolasi. 4. Fungsi komunikasi. Sebelumkonflik kelompok tertentu mungkin tidak mengetahui posisi lawan. Tapi dengan adanya konflik, posisi dan batas antara kelompok menjadi lebih jelas. Individu dan kelompok tahu secara pasti dimana mereka berdiri dan karena itu dapat mengambil keputusan lebih baik untuk bertindak dengan lebiuh tepat. Kalau menurut teori konflik yang dikemukakan oleh Ralp DahRendorf pilkada di Aceh berasal dari tindakan konflik yang dilakukan oleh beberapa oknum yang menuntut kemerdekaan, dan pemerintah indonesia sendiri sangat tidak menginginkan konflik berkepanjangan di profinsi NAD, jadi dengan terjadinya perjanjian damai yang disepakati di Helsinki dengan ditandatangani kesepahaman Helsinki oleh pihak GAM dan pemerintah RI. Dari hasil kesepakatan itu pihak GAM menuntut beberapa hal tentang Aceh untuk kedepan diantaranya, Undang-Undang pemerintahan Aceh, pembentukan partai lokal untuk pilkada Aceh dan tuntutan yang lainnya. Kalaupun di Aceh tidak ada konflik yang berkepanjangan mungkin pilkada di Aceh dan pembentukan partai lokal tidak akan ada dan tidak akan mungkin ada UU pemmerintahan Aceh. Dan dari hasil kesepahaman antara GAM dan pemerintah Indonesia telah menghasilkan kedemokrasian yang telah diharapkan bertahun-tahun oleh rakyat Aceh. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan. Dari fenomena yang terjadi di NAD yang dengan demokrasi melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung dan melibatkan partai politik lokal dan partai politik nasional dapat berjalan lancar dan aman walaupun ada beberapa insiden kecil namun hal itu tidak membuat menurunkan semangat masyarakat untuk memilih calon pemimpin daerah. Sekian lama rakyat Aceh hidup dalam tekanan konflik yang berkepanjangan, namun setelah penandatanganan nota kesepahaman Helsinki yang dilakukan oleh pemerintah indonesia dan pihak GAM membuat rakyat merasa aman dan mersakan kebebasan. Dari beberapa calon gubernur dan bupati/wali kota ada beberapa calon dari mantan GAM dan membuat partai lokal, dari hasil perolehan suara banyak didominasi oleh calon dari mantan GAM baik bupati maupun calon gubernur, hal ini menunjukkan bahwa rakyat Aceh sebenarnya berpihak pada GAM dan calon dari GAM ini mereka mancalonkan melalui jalur independen atau partai lokal. B. Saran. Dari beberapa fenomena pilkada di Aceh yang beragam tuntutan yang diinginkan oleh masyarakat Aceh atau khususnya GAM. Ini akan menimbulkan persepsi dari masyarakat atau beberapa elit politik di indonesia. Seperti yang disampaikan oleh anggota DPRRI tentang kekawatiran adanya partai lokal di Aceh, sangat tidak mungkin keinginan GAM untuk pisah dari NKARI akan hilang, setelah pemimpin daerah Aceh di pegang oleh orang-orang mantan GAM. Kareana sekian lama GAM ingan memerintah Aceh dan pisah dari NKARI, dan sekarang mantan GAM diijinkan membentuk partai lokal, hal ini sangat mungkin apabila adanya partai lokal sebagai batu lonctan untuk memisahkan diri dari NKARI, atau pembentukan partai lokal hanya sebagai batu loncatan untuk memisahkan diri dari indonesia. Daftar Pustaka Ritzer, George. 2003. Sosiolgi Ilmu Pengetahuan Berparakdigma Ganda. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Budiardjo, Mariam. 1986. Dasar-Dasr Ilmu Politik. Jakarta. PT. Gramedia. Ritzer, George. 2003 Sosiologi Moderen. Jakarta. Frenada Media. Koran Kompas Edisi Tanggal 2 dan 12 Desember 200 LEMBAR PENGESAHAN Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan S-1 Pada Hari Selasa Tanggal : 15 Mei 2007 Tempat Jurusan Sosiologi Dihadapan Dewan Penguji 1. Dr. H. A Habib, MA ( ) 2. Rachmad K. Dwi Susilo, S.Sos ( ) 3. Drs. Sulismadi, M.Si ( ) 4. Muhammad Hayat, S.Sos ( ) Mengetahui: Dekan FISIP-UMM, Drs. Budi Soeprapto, M.Si