.alert { background: #01DF01; text-align: left; padding: 5px 5px 5px 5px; border-top: 1px dotted #223344;border-bottom: 1px dotted #223344;border-left: 1px dotted #223344;border-right: 1px dotted #223344;}

music

musik
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info
Read more: http://impoint.blogspot.com/2013/02/menambahkan-memasang-widget-musik-mp3-di-blog.html#ixzz2USMhKFj5 Dilarang copy paste artikel tanpa menggunakan sumber link - DMCA Protected Follow us: @ravdania on Twitter | pemakan.worell on Facebook

Sabtu, 27 Juni 2009

Teori Pilihan Rasional (James S, Coleman)

1. Teori Pilihan Rasional (James S, Coleman)
Teori pilahan rasional umumnya berada dipinggiran aliran utama sosiologi tahun 1989 dengan tokoh yang cukup berpengaruh adalah Coleman, ia mendirikan jurnal Rationality and Society yang bertujuan menyebarkan pemikiran yang berasal dari perspektif pilihan rasional. Tori pilihan rasional (Coleman menyebutkan ”Paradikma tindakan rasional”) adalah satu-satu yang menghasilkan integrasi berbagai paradikma sosiologi. Coleman dengan yakin menyebutkan bahwa pendekatannya beroprasi dari dasar metodelogi individualisme dan dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelaskan fenomena tingkat makro.
Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.
Teori pilihan rasional Coleman tanpak jelas dalam gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditetentukan oleh nilai atau pilihan, tetapi selain coleman menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi dimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Ritzer (2004:394)
Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat dikontrol oleh aktor. Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang tak selalu berprilaku rasioanl, namun ia merasa bahwa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap teorinya. Pemusatan perhatian pada tindakan rasional individu dilanjutkannya dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau bagaimana cara gabungan tindakan individu menimbulkan prilaku sistem sosial. Meski seimbang, namun setidaknya ada tiga kelemahan pendekatan Colemans. Pertama ia memberikan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Kedua ia mengabaikan masalah hubungan makro-makro. Ketiga hubungan sebab akibatnya hanya menunjuk pada satu arah, dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dealiktika dikalangan dan di antara fenomena mikro dan makro. Ritzer 2004:394-395).

2. Teori Fenomenologi (Alfred Schutz).
Alferd Schutz sebagai salah seorang tokoh teori ini bertolak dari pendangan weber pula, dimana yang terakhir ini berpendirian bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti. Pemahaman secara subjektif terhadap suatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain yang mau menterjamahkannya dan memahaminya serta yang akan bereaksi atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor. Ritzer (2009:59).
Schutz mengkhususkan perhatian kepada suatu bentuk dari subjektifitas yang disebutnya: konsep ini menunjuk pada konsep pemisahan keadaan subjektif atau secara sederhana menunjuk kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial yang sedang saling berintegrasi. Interseubjektivitas yang memungkinkan pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan ten¬tang peranan masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi. Konsep intersubyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling menginterpretasi¬kan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama seperti yang dialami dalam interaksi secara indi¬vidual. Faktor saling memahami satu sama lain baik antar individu mau¬pun antar kelompok ini diperlukan untuk terciptanya kerja sama di hampir semua organisasi sosial. Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar kelompok.
Ada empat unsur pokok dari teori ini.
1. Perhatian terhadap aktor. Persoalan dasarnya di sini menyangkut persoalan metodologi. Bagai¬mana caranya untuk mendapatkan data tentang tindakan sosial itu subyektif mungkin. Dalam penyelidikan ilmu alam, realitas beserta hukum-hukum yang menguasainya didekati melalui metode ilmiah yang meliputi pengamatan sistematis yang dikendalikan oleh aturan yang ketat baik prosedur maupun tekniknya untuk menjamin ke¬absahan data yang diperoleh.
Penggunaan metode ini dimaksudkan puts untuk mengurangi peng¬aruh subyektivitas yang menjadi sumber penyimpangan, bias dan ketidaktepatan informasi. Menurut pandangan ahli ilmu clam hat seperti itu tidak mungkin dilakukan terhadap obyek studi sosiologi.
Tetapi pendekatan obyektif demikian dalam sosiologi sebenarnya sudah dimulai oleh Durkheim, dengan menyatakan fakta sosial se¬bagai barang sesuatu yang nyata. Secara ekstrim pendekatan ini mendesak kepada para sosiolog untuk mengumpulkan data secara obyektif tentang fakta sosial dengan mengurangi peranan kesan¬-kesan dan ide si peneliti sendiri tentang kenyataan sosial. Namun pendekatan obyektif seperti yang diterapkan dalam ilmu alam itu justru tidak akan mampu mengungkapkan kenyataan sosial secara obyektif. Alasannya demikian: Manusia yang menjadi obyek atau sasaran penyelidikan sosiologi itu bukan hanya sekedar obyek dalam dunia nyata yang akan diamati. Tetapi manusia itu sekaligus meru¬pakan pencipta dari dunianya sendiri. Lebih dari itu, tingkahla¬kunya yang tampak secara obyektif dalam artian yang nyata itu sebenarnya hanya merupakan sebagian saja dari keseluruhari ting¬kahlakunya. la menginterpretasikan tingkah lakunya sendiri.
Karena itu adalah suatu pendirian yang nail kalau ada orang yang beranggapan bahwa seseorang akan dapat memahami keseluruhan tingkah laku manusia, hanya dengan mengarahkan perhatian kepada tingkahlaku yang nampak atau yang muncul secara konkrit saja. Tantangan bagi ilmuwan sosial adalah untuk memahami makna tindakan aktor yang ditujukannya juga kepada dirinya. Bila peng¬amat menerapkan ukuran-ukurannya sendiri atau teori-teori tentang makna tindakan, dia tidak akan dapat menemukan makna yang sama di antara aktor itu sendiri. Dia tidak akan pernah mene¬mukan bagaimana realita sosial itu diciptakan dan bagaimana tin¬dakan berikutnya akan dilakukan dalam kontek pengertian mereka. Ritzer 2009:61).
2. Memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau yang pokok dan kepada sikap yang wajar atau alamiah (natural attitude). Alasannya adalah bahwa tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial mampu diamati. Karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala yang penting dari tindakan manusia sehari-hari dan terhadap sikap-sikap yang wajar.
Sebagai pemaksa terhadap tindakan individu, maka fenomenologi, mempelajari bagaimana individu ikut serta dalam proses pembentukan dan pemeliharaan fakta sosial yang memaksa mereka itu.
3. Memusatkan perhatian pada masalah mikro. Maksudnya mempelajari proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan sosial pada tingkat interaksi tatap muka untuk memahaminya dalam hubungannya dengan situasi tertentu.
4. Memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan. Berusaha memahami bagaimana keteraturan dalam masyarakat diciptakan dan dipelihara dalam pergaulan sehari-hari. Norma-norma dan aturan yang mengendalikan tindakan manusia dan yang menetapkan struktur sosial dinilai sebagai hasil interpretasi si aktor terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya. Manusia bukanlah wadah yang pasif sebagai tempat menyimpan dan mengawaetkan norma-norma. Ritzer 2009:62).

Teori Interkasionisme Simbolik (George Herbet Mead).

1. Teori Interkasionisme Simbolik (George Herbet Mead).
Mead lahir di South Hetley Massachusetts 27 Febuari 1863, ia mendapat pendidikan terutma dibidang filsafat dan aplikasi terhadap kajian psikologi sosial.mendapat sarjana muda dari Oberlin College tahun 1883. Ritzer (2004:273).
Sejarah interaksi simbolik merupakan aliran sosiologi Amirika yang lahir dari tradisi psikologi. Karya-karya psikolog seperti William James, James Mark Balwin dan John Dewey telah mempengaruhi sosiolog Charles H. Cooley, yang kemudian membantu pengembangan teori psikologi sosial dan sosiologi Amirika. Menurut diktum Cooley imijenasi yang dimiliki manusia merupakan fakta masyarakat yang solid dan berfungsi sebagai warisan realitas dunia subjektif. William isaac Thomas, sedangkan dengan Cooley, juga menekankan pentingnya mempelajari fakta subjektif, tetapi tidak berarti fakta-fakta objektif mesti diabaikan.
Walau demikian sejarah interaksi simbolik, Cooley dan Thomas merupakan tokoh terpenting, tetapi hanya filosof George Herbert Mead, seorang warga Amirika awal abad ke-19 dan seangkatan dengan mereka, yang dianggap sebagai sesepuh paling berpengaruh dari perspektif ini. Mead setuju dan mengembangkan suatu kerangka yang menekankan arti-arti penting prilaku terbuka (overt) atau objektif (prilaku yang nyata pada seseorang) dan tertutup (covert) atau subjektif ( kesadaran dalam diri seseorang didalam melihat dirinya sendiri), didalam aliran sosiologi posisi Mead berada diantara subjektivsme ekstrim dari Cooly, yang melihat masalah pokok sosiologi hanya sebagai ”imejenasi-imijenasi”, dan objektivsme Durhim, yang menganggap fenomena sosial yang kongkret atau fakta-fakta sosiallah yang tepat bagi analisis, Poloma (2000:254, dalam skripsi, Fitria (2007:23,24)
Simbolic interactionism dengan akar intelektual George Herbert Mead (1863-1921) W.Thomas dan Charles Cooley, merupaka perspektif yang lebih mementingkan skala kecil, bagaimana kelompok membentuk persepsi dari aksi dan makna dalam masyarakat. Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada analisis aksi, (aksi, prilaku) manusia dalam mayarakat, sehingga individu menjadi pusat perhatian
Manusia selalu memaknai situasi sosial. Interpretasi individu terhadap interaksi sosial dan simbol yang menandai interpretasi ini menjadi perhatian penting. Simbolic interactsionism menekankan pada mekanisme bagaimana aturan dan identitas dibangun melalui interaksi sosial, dengan penekanan pada pentingnya respon orang lain terhadap prilaku seseorang. Setiap individu mampu menganalisis, dan selanjutnya mengadaptasi prilakunya. Jadi, nilai dan prilaku dikembangkan melalui proses interaksi sosial, dengan menggunakan simbol-simbol (misalnya bahasa), Pitana dan Gayatri (2005:25).
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa manusia mampu berpikir secara konfleks dan berbuat sesuai dengan kemampuannya dalam memanfaatkan dan menginterpretasi simbol. individu dan masyarakat adalah mutually-interdependent. Artinya, individu secara aktif berpartisipasi membentuk masyarakat, dan masyarakat mempengaruhi prilaku individu. Untuk memahami fenomena dimasyarakat, maka sosiologi harus memberikan perhatian pada aktifitas sehari-hari masyarakat.
a. Prioritas Sosial
Dalam resesinya atas buku Mead, Mind, self and Society, faris menyatakan “preferensi mead mungkin bukan pikiran dan kemudian baru masyarakat, tetapi masyarakatlah yang pertama dan baru pikiran yang muncul dalam masyarakat...” dikutip dalam Militer, (1982a:2) inversi judul itu oleh faris ini mencerminkan luasnya fakta yang diakui oleh Mead sendiri, bahwa masyarakat atau lebih luasnya kehidupan sosial, adalah sesuai dengan prioritas dalam analisis mead.
Menurut Mead, keseluruhan sosial menandai pemikiran individu baik secara logika maupun secara temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri adalah mustahil secara logika menurut teori Mead tanpa didahului adanya kelompok sosial. Kelompok sosial terlebih dulu muncul, dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri.
b. Tindakan
Mead memandang tindakan sebagai “unit primitif” dalam teorinya (1982:27). Dalam menganalisis tindakan, pendekatan mead hampir sama dengan pendekatan behavioris dan memusatkan perhatian pada rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) tetapi, stimulus disini tidak menghasilkan respon manusia secara otomatis dan tanpa dipikirkan. Seperti dikatakan mead, “kita membayangkan stimulus sebagai sebuah kesempatan atau peluang untuk bertindak, bukan paksaan atau perintah” (1982:2)
Mead (1938/1972) mengidentifikasi empat basis dan tahap tindakan saling berhubungan (Schmitt dan schmitt, 1996) ke empat tahap itu mencerminkan satu kesatuan organik (dengan kata lain ke empatnya saling berhubungan secara dialektis). Mead selain tertarik pada kesamaan tindakan binatang dan manusia, juga terutama tertarik pada perbedaan tindakan antara kedua jenis mahluk itu.


c. Persepsi.
Aktor menyelidiki dan beraksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan inplus, dalam hal lapar dan juga berbagai alat yang tersedia untuk memuaskannya. manusia tidak perlu tunduk terhadap ransangan dari luar mereka juga secarta aktif memilih rangsangan dan memilih diantara rangsangan, artinya diantara beberapa rangsangan memiliki beberapa dimensi dan aktor mampu memilih diantaranya. aktor biasanya berhadapan dengan bayak rangsangan yang berbeda dan mereka mempunyai kapasitas untuk memilih yang mana perlu diperhatikan dan yang mana perlu diabaikan.
d. Manipulasi
Segera setelah inplus menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami, langkah selanjutnya adalah manipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu. Selain keuntungan mental, manusia mempunyai keuntungan lain ketimbang binatang. manusia mempunyau tangan (dengan ibu jari yang dapat mempersatukan) yang memungkinkan mereka memanipulasi objek jauh lebih cerdik ketimbang yang dilakukan oleh binatang. Seorang manusia yang lapar melihat cendawan, tetapi sebelum memakannya mula-mula memungutnya, menelitinya, memeriksanya lewat buku petunjuk untuk melihat apakah jenis cendawan itu boleh dimakan.


e. Konsumsi
Berdasarkan pertimbangan ini, aktor mungkin memutuskan memakan cendawan atau tidak dan ini merupakan tahapan keempat, yakni tahapan pelaksanaan atau mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya baik manusia atau binatang mungkin memakan cendawan, tetapi manusia kemungkinan lebih kecil makan cendawan beracun. karena mempunyai untuk memanipulasi cendawan dan memikirkan (dan membaca) mengenai implikasi dari makanan.
1. Simbol.
Simbol adalah aspek penting yang memungkinkan orang bertindak menurut cara-cara yang khas menurut manusia. karena simbol, manusia ”tidak memberikan respon secara pasif terhadap realitas yang memaksakan dirinya sendiri, tetapi sacara aktif menciptakan dan menciptakan ulang dunia tempat mereka berperan” (Charon, 1998:69 dalam Ritzer 2003:292). Simbol pada umumnya dan bahasa pada khususnya, mempunyai sejumlah fungsi khusus bagi aktor.
Pertama, simbol memungkinkan orang menghadapi dunia material dan dunia sosial dengan memungkinkan mereka untuk mengatakan, menggolongkan dan mengingat objek yang mereka jumpai disitu.
Kedua, simbol meningkatkan kemampuan manusia untuk memahami lingkungan. Ketiga, simbol meningkatkan untuk berfikir. Keempat simbol meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kelima, simbol memungkinkan aktor mendahului waktu, ruang dan bahkan pribadi mereka sendiri Keenam, simbol memungkinkan kita membayangkan realitas metafisik, seperti surga dan neraka. Ketujuh, dan paling umum, simol memungkinkan orang menghindar dari perbudakan oleh lingkungan mereka.
2. Simbol-simbol Signifikan.
Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya diciptakan manusia. Isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan jenis tanggapan (tetapi tidak selalu sama) yang di peroleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Jadi ungkapan suaralah yang paling mungkin menjadi simbol signifikasi, miski tidak semua simbol menjadi simbol signifikan. Kumpulan isyarat suara yang paling mungkin menjadi simbol signifikan adalah bahasa simbol yang menjawab makna yang dialami individu pertama dan mencari makna dalam individu kedua.
Fungsi simbol signifikan pada umumnya adalah menggerakan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara dan juga pihak yang lainnya. Pengaruh lain dari bahasa adalah merangsang orang yang berbicara dan orang yang mendengarkannya.
Dengan mengadopsi orientasi aliran prakmatis ini, Mead juga melihat ”fungsi” isyarat pada umumnya dan simbol signifikan pada khususnya. Fungsi isyarat adalah ”menciptakan peluang diantara individu yang terlibat dalam tindakan sosial tentu mengacu pada objek atau objek-objek yang menjadi sasara itu”, Mead (1934/1962:46)
Yang menjadi penting dari teori Mead adalah fungssi lain simbol signifikan yakni memungkinkan proses mental, berpikir. hanya melalu simbol signifikan khusunya melalui bahasa manusia bisa berfikir (hewan yang lebih rendah menurut Mead tidak bisa berfikir) Mead mendefinisikan berpikir (thinking) sebagai percakapan inflisit individu dengan dirinya sendiri dengan memakai isyarat”. Mead bahkan menyatakan ”berpikir sama dengan berbicara dengan orang lain”.
Begitu penting kedudukan pemaknaan dari penafsiran dalam tradisi fenomenologi, sehingga diyakini bahwa tindakan manusia terhadap sesuatu merupakan konsekuensi dari pemaknaan yang mereka berikan terhadap sesuatu tersebut. Sebagai perkembangan lebih lanjut dan tradisi fenomenologi, aliran interaksionisme simbolik juga menekankan bahwa manusia bertindak terhadap orang, barang atau kejadian berdasarkan makna yang mereka berikan kepadanya.
Karena setiap pembahasan terhadap pemaknaan selalu dikaitkan dengan tindakan seseorang, maka pengertian tentang makna sendiripun selalu menyertakan aspek wawasan, perasaan dan kecendrungan tindakan terhadap sesuatu, karena setiap pemaknaan juga dikaitkan dengan aspek perasaan manusia, maka setiap objek pemaknaan tidak lepas dari dua jenis pemaknaan, yaitu: makna Denotatif dan in Konotatif. Makna konotatif menuju pada semua objek, peristiwa dan kejadian. Sedang in konotatif menuju pada perasaan dan sikap-sikap yang dihubungkan dengan suatu simbol, Ritzer (2004:271-280)
Interaksi simbolik menempatkan manusia sebagai kunci dari terbentuknya proses-proses sosial dan terciptanya sebuah masyarakat. Subyektifitas manusia merupakan inti dari terbentuknya aturan dan nilai-nilai dalam sebuah masyarakat. Bagi interaksi simbolik, adanya proses berfikir atau subyektifitas dan penafsiran-penafsiran individu dalam sebuah masyarakat, merupakan cikal-bakal terwujudnya suatu aturan dalam masyarakat. Jadi, individu bukannlah merupakan obyek yang dipaksa untuk mengikuti serangkaian aturan yang ada dan terbentuk dalam masyarakat, akan tetapi individu-individu lah yang memunculkan aturan dan nilai-nilai yang terbentuk dalam masyarakat, melalui suatu proses pemaknaan-pemaknaan dan penafsiran-penafsiran subjektif dari individu (Ritzer-Goodman, 2003: 283).
Bahasan lebih lanjut mengenai substansi dari Teori Interaksionisme simbolik ini dikemukakan oleh Arnold Rose melalui satu seri asumsi dan proposisi- proposisi umum sebagai berikut :
a) Asumsi I
Manusia hidup dalam lingkungan simbol- simbol. Manusia memberikan tanggapan terhadap simbol-simbol itu seperti juga ia memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang bersifat fisik, misalnya terhadap panas dan dingin. Pengertian dan penghayatan terhadap simbol- simbol yang tak terhitung jumlahnya itu merupakan hasil pelajaran dalam pergaulan hidup bermasyarakat.
b) Asumsi II
Melalui simbol-simbol manusia berkemampuan menstimulir orang lain dengan cara- cara yang mungkin berbeda dari stimuli yang diterimanya dari orang lain itu. Untuk memahami asumsi ini perlu dikemukakan pendapat Mead yang membedakan antara tanda- tanda alamiah (natural signs) dan simbol-simbol yang mengandung makna. (Significant Simbols). Natural Signs bersifat naluriah serta menimbulkan reaksi yang sama bagi setiap orang. Significant Simbols tidak harus menimbulkan reaksi yang sama bagi setiap orang.
c) Asumsi III
Melalui komunikasi simbol- simbol dapat dipelajari sejumlah besar arti dan nilai- nilai , dan karena itu dapat dipelajari cara- cara tindakan orang lain. Karena simbol-simbol adalah bagian sentral dari kehidupan manusia dan karena simbol-simbol adalah suatu pengertian yang dipelajari, maka manusia harus dan dapat mempelajari arti dari simbol-simbol yang tak terhitung jumlahnya. Begitu pula karena pengetahuan dapat dikomunikasikan melalui simbol-simbol maka manusia dapat memperoleh sejumlah besar informasi. Dalam mempelajari simbol dan menyimbolkan, maka manusia belajar melakukan tindakan secara bertahap.
d) Asumsi IV
Simbol, makna serta nilai- nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanya terfikirkan oleh mereka dalam bagian- bagian yang terpisah, tetapi selalu dalam bentuk kelompok, yang kadang- kadang luas dan kompleks. Artinya terdapat satuan- satuan kelompok yang mempunyai simbol-simbol yang sama. Atau kalau dipandang dari segi simbol, akan ada simbol kelompok.
e) Asumsi V
Perlu ditekankan disini bahwa asumsi ini merupakan titik perbedaan yang paling kontras antara pandangan interaksionisme simbolik dengan pandangan behaviorisme, dimana behaviorisme mengabaikan pandangan yang demikian. Menurut Mead manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dalam pemikirannya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya, seseorang mencobakan terlebih dahulu berbagai alternative tindakan itu secara mental melalui pertimbangan pemikirannya. Karena itu sebenarnya dalam proses tindakan manusia itu terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sebenarnya dalam bentuk tingkah laku yang sebenarnya atau yang kelihatan.
Berfikir menurut Mead adalah suatu proses dimana individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan mempergunakan simbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih yang mana diantara stimulus yang tertuju kepadanya itu yang akan ditanggapinya. Individu dengan demikian tidak secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus mana yang akan ditanggapinya.
Kesimpulan utama yang perlu diambil dari uraian tentang substansi. Teori Interaksionisme Simbolik yaitu bahwa kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individual dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang difahami maknanya melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam proses interaksi bukan semata-mata merupakan suatu tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya atau dari luar dirinya.
Tetapi tindakan itu merupakan hasil daripada proses interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar, dalam arti memahami simbol-simbol, dan saling menyesuaikan makna dari simbol-simbol itu. Meskipun norma- norma, ilai- nilai sosial dan makna dari simbol- simbol itu memberikan pembatasan terhadap tindakannya , namun dengan kemampuan berfikir yang dimilikinya manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan dan tujuan- tujuan yang hendak dicapainya. Adapun bentuk- bentuk simbol dalam masyarakat yaitu: bahasa, gerak tubuh dan ekspresi wajah.
Berdasarkan asumsi dan proposisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikatakan bahwa dasar proses sosial dan dalam kehidupan social ini merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia tersebut sebagai satu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.